Revolusi Taman

Sebelum hamil dulu, Tumbelina setiap ke ACE Hardware pasti nunjuk perosotan dan berkata "Itu Gicc.. Ituu..!". Dewasa yee... Jadi kurang lebihnya, cita2 doi adalah punya rumah yang ada perosotannya.
.

Lalu apa yang terjadi?
.
1. Maret 2010 - Taman Lebih Gede Daripada Rumah
.

Ini adalah design awal dari developer. Karena luas bangunan disesuaikan budget, maka.. Mayoritas rumah kami adalah.. TAMAN! Kemungkinan bisa jalan 3 langkah terus belok kanan 2 langkah. Dan karena bisa jalan 5 langkah itu, dari dapur mau ke ruang tamu mau nggak mau harus BERJINGKAT! Hihihihi. Super kecil. Minta digedein ke si developer, mereka minta 70 jeti. Wakwawww...

2. Desember 2010 - Taman Saat Serah Terima

Yakin nggak mungkin berjingkat-jingkat dari dapur ke ruang tamu, kita mantap menarik garis lurus jadi lumayan lah nambah 2 meteran. Akibat serakah, biar ruangan lebih luas.. Kita sok ide mau ruang makannya OPEN AIR. Dengan konsekuensi, si taman berkurang. Karena blm mulai di renov, hati agak jumawa karena tampak sedikit luas. Hahaha. Tunggu aja sampe bata naik. Claustrophobic lagi deh :D

3. Februari 2011 - Taman Segede Meja Makan

Bu Mandor Tak Kunjung Buncit

Renovasi dimulai dan berjalan sangat sangat cepat. Mantap Eskadia! Realita mulai menggigit. Ruangan menjadi kecil lageeee... Dan, kita pengen bikin dinding pembatas service dan dining area. Jadi, rencananya setelah pintu geser, ada area bertahtakan tegel kunci dan sejumput taman. Disinilah kami sadar, bahwa sang taman kini adalah... SEGEDE MEJA MAKAN. So long perosotan!

4. Maret 2011 - Taman Segede Baki

Tahap renov udah 80%. Tinggal finishing dan pilihan-pilihan yang tersisa. Karena tegel kunci nggak boleh kena air ujan, jadi wajib diatepin. Nah, atepnya mau apa? Pergola Kaca atau Pergola Akrilik? Nah lo nah lo... Antara kepingin dan bokek tak berujung. Wiken kemarin, kita dihadapkan kenyataan (lagi) bahwa emang tanah kita mungil beneur (108m2). Ketika tembok berdiri... Sisa taman yang tadinya segede meja makan menjadi segede.. Baki aja sodara2...!

Jadi, kesimpulannya.. Rumah ini nantinya tak bertaman. Hehehhe. Kira2 bakal panas nggak ya? Beberapa rumah yang pernah ditinggali yang tak bertaman adalah: a. Rumah Tumbe; b. Rumah Pondok Labu; c. Rumah Eyang di Solo; dan d. Rumah Kos di Singapur. Begimana ya? Hajar tanpa taman atau merelakan tegel kunci?

Oh taman...

5 comments:

Anonymous said...

i heart this post aylott mba nita,
cita-cita gw punya taman diantara musholla dan kamar utama pupus sudah karena setelah berdiri tembok-temboknya kok jadinya sekecil upil jadinya diubinin ajalah semua :)

PoppieS said...

biarkan tegel kunci bertahta dikiiiit aja neng, biar bisa buat "jemur" anakmu nanti di belakang rumah.. (eh pake pergola juga deng ya.. :P )

Nita said...

@emaknyashira: gigitan realita memang kadang begitu tajam yah ihihih..

@Poppies: si tegel kunci ga boleh kena ujan katanya jadi musti banget deh tuh dipergolain. mmm.. mengingat si tegel udah dibeli dari awal taun sih kayanya HAJAARRR!!!! hihihi

Anggia Dewi said...

Nitaaa, lama tak berkunjung banyak bgt cerita nya. senaang. baca blog mu ampe 2 hari gk kelar2 :D
congrats ya dah mau jd berperut buncit xP sukses jg buat rumah nya yg progress nya cepat sekali (y)

Nita said...

@Anggia: Haii apa kabar kamuuu? Ayoo main2 kesini :) Thanks yaah

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
The disclose diary of mine © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Buy Dofollow Links! =) , Lastminutes and Ambien Side Effects