Berasal dari keluarga yang biasa biasa aja membuat kami tidak pernah mendapatkan segala sesuatunya dengan instan. (mulai deh ngembeng)
Waktu kecil dulu, Barbie adalah hal yg sungguh hip. Berapa boneka yg saya punya? 3 maksimal. semua kado. Beli sendiri? No way jose! It's just too damn expensive for a stupid yet beautiful toy. Rumah Barbie? Tidak punya. Mobil Barbie? Apalagi. Tapi saya punya meja rias Barbie (tentunya hadiah) yang sekarang masih ciamik dilungsurkan ke Maritza (tp dia tampak enggan memainkannya :( oh nooo)
Agak gede sedikit. Attari sungguh ciamik. Saya cuman main paling banter 4 kali. Si Abang dapet lungsuran dari seekor bule dan beberapa hari setelahnya.. wuzz wuzzz rumah kami terbakar :D
Tapi, punya SEGA sih. Ini karena udah kepincut berat dan termimpi mimpi. Di dalam mobil, memberanikan untuk memecah keheningan "Pak, Nita beliin SEGA dong" 5 kata ajah.. ehheheh
Kelas 6 SD, saatnya roller blade memegang peranan. Kepinginnya gila gilaan. Sampe dijabanin panas 3 hari. Sang mamah dengan polos bertanya ke Prof. Moeslichan. Prof ini dia lg pingin banget roller blade.. gimana menurut Prof.. aman gak?" tentunya diamini dengan senyum simpul nan bijaksana. Setelah itu, si gadis kecil kerempeng pun melingkari iklan california pro di meja Bapaknya. Dan wuzzz... meluncur (hanya di dalam rumah) dengan semua pengaman bak Robocop. Oh iya, demi efisiensi, si Kerempeng kecil membeli ukuran kaki 44. Mengapa? Tentu agar si Big Foot di rumah bisa juga merasakannya. Baek ya bok guee...
Sang Mamah, paling tau yang si Kerempeng mau. Ketika yang namanya jam Baby-G begitu tenarnya. Si Kerempeng bahkan tak punya niat sedikitpun untuk meminta.. Terlalu mahal untuk sebentuk jam tangan. Tapi, lagi lagi Mamah bisa mendeteksi. Mendengar adanya launching G-Shock di Pondok Indah Mall, si Kerempeng diajak si Kakak Tajir (krn selalu ada duit utk jajanin doi) kesana dan didorong sang Mamah. Sang Kakak Tajir bertanya.. "bagusan yang kuning-biru apa biru muda ta?" "mm ga tau deh Mbak.. yg biru muda feminin ya.. kalo gue sih sukaan yg biru-kuning lebih macho"..... Guess what happened? Nah... it's too predictable. Sang Kakak Tajir membawa si biru-kuning ke cashier dan membayarkan Rp. 350.000.. Si kerempeng melongo. Ternyata ada kong kalingkong antara Sang Mamah dan Sang Kakak Tajir.
Beranjak ABG, Si Kerempeng dan Si Kakak Tajir memiliki sifat yg sama dalam memilih mobil. Kami hanya memilih warna. Pokoknya yg paling murah aja. Yang penting bisa jalan :D Rebutan mobil? Tidak pernah ada tuh...
Beranjak dewasa, tiba saatnya memilih milih baju kerja. Saya, yang tetap kerempeng, dan Mamah bergerilya di Mall. Melongo melihat sebuah blazer Invio coklat dengan ikat pinggang kulit yang tertempel permanen berbentuk pita. Melongo. "Keren bgt ya mah!" "Iya... tapi mahal ya". Pulang dengan tangan kosong. Tapi benar adanya, yang namanya jodoh ga akan kemana. Akhirnya si coklat kebeli juga. Dan hingga kini menjadi andalan utk interview. Membelinya? Benar2 butuh keringat. It's already been 5 years and it's still performing hella good!
Hahhh.. Malming malming nostalgia nih judulnya hahaha. I lop yu Mamah and Kakak Tajir!