Sekolah Bertaraf Internasional

Ini postingan setengah serius, agak membosankan dan sok tau belaka.

----
Good news via twitter kemarin adalah.. Sekolah Bertaraf Internasional ("SBI") akan dihapuskan (well at least ada yang berinisiatif untuk menuntut untuk ditiadakan). Yay!!!

Berita orisinilnya bisa diunduh sini: http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/08/20324426/10.Alasan.Utama.SBI.Harus.Dihentikan

Menurut pengamatan seorang tante yang keponakannya nyari sekolah. Emang majority lebay deh itu semua. Semakin mengakomodir gejolak kompetitif para Rabid Bunda.

Karena:

  1. SBI memakai bahasa pengantar Inggris. Dan... Bangga betul orang tua dan para pengajarnya. Sigh... Menyedihkan nggak sih? Katanya Sumpah Pemuda? Berbahasa satu, Bahasa Indonesia? Not that I against globalisasi yah.. Ini aja nulisnya keminggris juga kok. Tapi come on, bahasa ibu kita kan Bahasa Indonesia. Kenapa sih kita nggak bisa menjadi negara yang sedikit berkarakter lebih kuat dengan pendidikan berbahasa pengantar bahasa ibu? Coba bandingkan dengan negara2 seperti Jepang, Korea dan Cina. Bahasa Inggris mungkin penting tapi bukan yang terpenting. Mau contoh? Kemarin baru dapet email dari klien Jepang dan bahasa Inggrisnya bagaikan diambil dari kamus. Tapi ada yang meragukan kepinteran si Jepang? Ada yang mau debat grammatical error dia? Kalau mau yang lebih canggih lagi, coba liat Singapur. Betapa kuat karakter bangsanya sampai dia bisa dibilang menciptakan bahasa sendiri. Singlish! And everbody knows that. Nggak ada yang sok-sok bule di sana. Yang ada, setiap foreigners baik bule maupun serumpun kalo ditanya "So.. Can?" pasti jawabnya "Can!" tanpa menjadi grammar nazi.
  2. Nilai minimal TOEFL guru hard science untuk SBI adalah.. >500. Yah.. yang >600 aja masih belepotan. Kok berani2nya minimal 500 ngajar anak2 kecil lucu itu? Ada 2 fakta penting: (i) rapor yang dibikin Miss ternyata kacrut n keminggris; (ii) masih ada aja guru SMA SBI yang terkenal super mahal taunya juga keminggris aje tuh.
  3. Fasilitas LCD, Laptop dll. Baca di kumpulan playgroup dan tk se-Jakarta. Buset, TK aja ada lab dan ada computer room-nya. Langsung bandingin sama sekolah Maritza di Australia sambil liat raportnya. Ya ampuun... Beda banget! Mau tau rapor keponakan gue yang manis itu isinya apa? Foto2 doi dan project Fairy House pake daun-daunnya, foto2 doi ngambil madu dari sarangnya dan tulisan super simple dia tentang rasa madu, foto2 doi dan piaraan ayamnya yang doi piara dari telur, foto2 kebun2 yang dia tanem dari bijinya dan berbagai prakarya lucu yang terbuat dari daun dan pernak pernik lucu! Apakah sekolah Indonesia yang sudah mengajarkan science sampai ke planet-planet sejak dini akan lantas menjadi lebih unggul dari sekolah negara lain? Heheheh. Sejauh ini sih, frankly speaking, yang unggul masih mereka yah :D Semoga generasi sekolah internasional ini bisa mengubah penilaian itu yah. Semoga outputnya nanti akan lebih unggul. *nggak boleh pesimis*
  4. Bu Guru alias para Miss-Miss-an itu ada nggak sih sertifikasi umum yang dibuat dari Pemerintah secara nasional? Kalo menurut Tumbelina, di luar negeri, semua guru ada certification-nya. Jadi nggak semata-mata lulusan ITB bisa jadi guru Fisika misalnya. Ya, make sense lah ngajar kan ada hubungannya sama psikologi anak. No?
  5. Harga yang mahal membuat jadi kastanisasi. Yang kaya main sama yang kaya, yang biasa aja main sama yang biasa aja. No fun. At all! Makin banyak deh nih cowok2 yg nggak bisa nyebrang jalan sendiri.

Sekian. No harm done yah buat SBI or ortu yang nyekolahin anak di SBI. Just a thought from an amateur aunty aja kok inih. Yang jelas, I am glad that me and Tumbelina have reached into a conclusion bahwa: TK mantap di TK deket rumah dengan program main-main dan les Bahasa Inggris di ILP. My EEP years were the most memorable memories loh. Nggak ada sekalipun pembelajaran menghapal angka, warna maupun tenses. Semua diajarin melalui mewarnai, main hang man dan nulis lirik lagu :)

6 comments:

mira said...

setuju bangetssssssssssss...tp lagi2 yah itu kembali ke ortu masing2..skrg tinggal pemerintah aja nih controllingnya gmn

Nita said...

yoi mir :D harusnya pemerintah lebih serius nih nanganin yg beginian. Anyway, nanti aku nyontek Malik aja tetep hihihi

wulan said...

nit,, ada kok sertifikasi calon guru, harus ambil akta 4 klo ga salah namanya, baru bisa jadi guru :) *itu berlaku dari yg jalur umum ya, kek lulusan ekonomi, fisika, dsbnya :)

Aku pun sebal dengan peng-klasteran kaya dan miskin dalam sekolah... "kerdil" sekali sihh..

Nita said...

@Wulan: ooo ada yah.. alhamdulillah :D thanks yah diberi pencerahan :)

Lita said...

Dear Nita, I love this post! 4jempol ditambah bintang2 di langit untukmu. Gw sering miris kalo denger anak2 kecil itu manggil ibu gurunya dengan "miss.. miss..." atau "iya kan miss?". Semoga pendidikan untuk anak gw nanti lebih baik dari sekedar miss miss :)

dumski said...

Ini nih, pendapatnya suami gue banget dr semua poin2nya yang gue amini sejak itu :)

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
The disclose diary of mine © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Buy Dofollow Links! =) , Lastminutes and Ambien Side Effects